Tuesday, April 9, 2013

Metamorfosil

No comments
Manusia, makhluk superior. Ada superior pasti ada inferior. Yang kita ketahui, akal yang menjadikan kita sebagai makhluk superior. Tapi kenapa harus ada yang inferior. Atau itu hanya sebentuk dikotomi hitam-putih yang mentah. Padahal kita seharusnya selalu merasa inferior. Rendah diri di bawah himpitan langit. Segala rupa teori dimuntahkan, tapi pada ujung-ujungnya. Mereka menjadi fosil di dasar tanah. Dan teori terus mengalir, bisa salah, bahkan mungkin seiring jaman semakin lemah, renta, dan rapuh.
Kepala yang tertunduk. Raga yang telanjang. Dan dagu yang ditopang lengan fosil. Mereka berpikir. Bahwa kita meledak, atau kita yang terbuang. Rupa-rupa warnanya. Dunia yang seperti balon. Gampang pecah dengan sekali tusukan jarum. Entah punya siapa yang benar. Coba tengok kebelakang, mereka mati dengan tulang belulang ditumbuk liat. Bercacing dan bacin. Tak ada yang abadi di antara. Kita manusia-manusia mengambang. Tertarik ke langit, dan melesak membenam di bumi.
Saya tak terlalu pintar dan superior dalam menggambarkan kesuperioran kita. Tak mampu menukil lembar-lembar buram sejarah dan segala kedahsyatannya. Juga tak pintar memaknai. Tapi setidaknya saya masih bernafas. Dan selama oksigen masih terpompa ke otak. Kita berpikir. Ada saat dimana segalanya tiba-tiba runtuh. Memilih dibangun kembali, atau memunguti puing-puing sembari tangan menengadah---merintih. Dan juga saat-saat dimana kita terpekur. Diam. Lalu dengan sendirinya dibisiki. Kita masih binatang jalang.
Lucu jika lupa bahwa kita memang binatang. Binatang yang mengeja ba-ha-sa. Dan seperti fosil-fosil yang kita garuk dari ceruk tanah. Kita sadar bahwa kita tak ubahnya fosil-fosil itu. Ber-meta-mor-fosil. Setelah itu entah apa yang berlaku. Kitab yang hampir terlupakan. Atau kerut dahi yang meretas makna. Kedua-duanya bekal yang imbang. Entah bekal bagi siapa. Ragu selalu menepuk dagu kita. Pada akhirnya, hanya dinding basah tanah yang akan mendekap. Lalu senyap. Tak ada suara. Bisu menunggu.
Manusia...
Kenapa kita mati?
Karena mungkin hanya kematian yang bisa meluruskan tanda tanya. Titik.
Powered by Telkomsel BlackBerry®


No comments :

Post a Comment