Friday, January 25, 2019

Untuk Yang Ingin Menulis

No comments
Pixabay.com

"Bagaimana cara menulis yang bagus?" Isi sebuah pesan.

"Jadilah seperti anak-anak," balas saya.

Jika ada yang bertanya kepada saya tentang menulis, saya selalu menjawab begitu: jadilah seperti anak-anak. Apakah tulisan anak-anak bagus? Tidak. Tapi imajinasi mereka dahsyat.

Saya mulai menulis baru pada 2012 lalu. Itu pun didesak teman. Saya disuruh membuat blog, lalu saya menuruti. Tulisan pertama saya, hanya saya kirim ke dua teman. Refleksi saya tentang sebuah buku kumpulan cerpen. Komentar mereka menjadi suluh.

Tahun berikutnya saya menetap di Bali. Di sana, saya semakin produktif menulis. Ketika mengunjungi satu tempat, saya selalu coba menulis tentangnya. Bahkan saat hanya duduk di beranda, lalu melihat bunga kemboja jatuh, saya pasti menulis. Selama setahun di Bali, blog saya penuh dengan tulisan. Saat itu saya tak peduli dengan ejaan dan kata-kata baku. Saya menulis kata demi kata berdasarkan yang saya baca di buku. Pokoknya, tulis, tulis, dan tulis.

Saya jadi ingat sewaktu sekolah dasar. Ketika disuruh mengarang oleh guru. Temanya tentang liburan ke desa di rumah nenek, sesuai dengan contoh buku pelajaran Bahasa Indonesia. Tapi karena saya juga tinggal di desa dan serumah dengan nenek, saya heran lantas bertanya kepada guru, "Saya tinggal serumah dengan nenek. Jadi pasti saya tidak liburan ke rumah nenek." Pernyataan saya ini, disepakati teman-teman. Kelas jadi riuh dengan pertanyaan yang sama.

"Bayangkan saja," kata guru.

Semakin ke sini, saya merasa guru itu berjasa karena jawabannya. Kita memang tak harus sering menyalahkan metode belajar di sekolah. Contohnya dari tugas mengarang itu. Akhirnya, kita diajari untuk berimajinasi, lewat isi buku pelajaran yang tak sesuai dengan lingkungan sekitar kita, memfantasikannya, lantas menuliskannya. Inilah yang kemudian kita temui dalam buku-buku bacaan sekarang. Kita semua berfantasi dengan isi buku yang ditulis dari pikiran seseorang.

Sekarang, jika saya kembali membaca tulisan-tulisan di blog, saya sering tersipu. Bahkan tertawa. Atau kagum. Iya, ada banyak sekali kalimat yang membuat saya malu ketika membacanya. Ada pula tulisan hancur yang membuat saya menertawakan diri sendiri. Dan ada sebagian kalimat yang membuat saya bertanya-tanya: kenapa saya bisa terpikirkan itu? Inilah sebuah proses.

Jika ada yang membaca tulisanmu, jangan marah ketika mereka mencemoohnya. Sebab mereka telah meluangkan waktu untuk membaca tulisanmu. Kalau mereka mengkritik, terimalah. Jadikan poin-poin kritikan mereka sebagai pelajaran gratis. Bagian paling berbahaya sebenarnya saat kau mulai membaca pujian.

Cara mengetahui seperti apa orang-orang menghargai karya kita, perbanyaklah mengirim tulisan ke media-media yang menyediakan ruang bagi para penulis. Jangan pikirkan honor tulisannya. Jangan pikirkan ditayangkan atau tidak. Tapi pikirkan, bahwa kau telah berpikir lalu menulis.

Naskah saya banyak yang ditolak. Kendati tak sedikit pula yang tayang. Senang pastinya ketika bisa dibaca banyak orang. Kalau naskah tidak tayang, setidaknya blog pribadimu selalu menyediakan ruang. Itulah manfaat blog. Sebab ada beberapa naskah yang tidak tayang, tapi masih dibaca ketika kita mengunggahnya di blog. Jangan pedulikan angka pembaca. Satu pembaca saja, sudah lebih dari cukup.

Bagusnya, ketika naskah ditayangkan, kita sering menemukan pengetahuan baru dari hasil editan. Apa saja kekurangannya. Apa saja yang ditambal, dijahit, dibetulkan, dan diubah. Tugas editor memang tak mudah. Sebab seorang editor selalu coba beradaptasi dengan seorang penulis. Bayangkan ketika ia mengedit sepuluh naskah dari penulis berbeda? Ia harus membelah diri menjadi sepuluh. Karena tidak mungkin ia memakai langgamnya sendiri, ketika mengedit naskah. Ia harus tetap mempertahankan ciri khas masing-masing penulis naskah.

Selalu ingat, apa imajinasimu. Sebuah ide. Itulah yang paling penting. Lalu menulislah. Jika masih belum berani, ingatlah ketika kita masih kanak-kanak. Kita tak pernah merasa malu untuk memulai.

No comments :

Post a Comment