Kamu tahu, benda-benda cekung di sekeliling kamarku? Atau ini semua hanya ilusi dari dua-tiga dimensi? Atau... Apa itu yang ada di genggamanmu? Benda cembung itu. Coba kamu telisik seksama; ada cetak digit angka, inisial, cetak huruf, atau nama. Apa itu? Kode ACT? Ah, silahkan ke Wiki.
Air. Yah, dahaga seringkali meni-rrr-up (lidah leluhur saya bergetar) tenggorokan. Lalu celingukan bukan sedang mencari-cari (dengan slow motion). Sesuatu sedang meradang di dalam batang leher. Kemudian tenggelam.
Mendadak dunia cekung menikung, cembung
menggembung... Dan semuanya kembali datar ― tergenang ― begitu tenang. Ini aneh, kenapa tak direngut saja cekung mata anak busung lapar tadi? Oh, atau kamu sudah jadi anak angkatnya si Carlos Slim Helu. Aku tahu, ia menghubungiku kemarin.
Seperti kemarin, yang habis, dan terjual. Masa selalu hadir beraneka corak. Ragam budaya, ragam basantara, dan jutaan butir pasir di atas timbangan beras. Eh, ngomong apa kamu? Mabuk? Iya, saya mabuk, tapi bukan dengan pasir! Tapi ini dari perasan beras, kenapa kamu marah? Sok, religi? Kamu tahu ballo? Itu beras, kamu makan beras? Tutup mulutmu! Ini pelepah kurma. Kamu bingung, kan? Kenapa Dewi Sri duduk selonjoran di pematang Jawa? Ia tersesat kesana karena mabuk.
Si anak angkatnya Carlos kini sedang mencangkul. Dengan mata melotot ― cembung. Ia mulai dari bertanya. Tanah itu kalau disemai bisa hamil? Perutnya bisa cembung? Apa sih, bedanya cekung sama cembung? Cangkul sontak menjawab: Itu tergantung bagaimana caramu mencangkul. Mencangkul kan bikin tanah cekung, tapi gundukan tanah di belakangmu jadi cembung. Mencangkul dan tertimbun. Bingung. Pah! Cangkul bisa bicara? Tunggu dulu. Itu di internet. Ternyata ia sedang main games FarmVille. Sial.
Hei! Kamu. Ingat yang kemarin? Iya, benar... Yang kemarin, ada dua perempuan sedang kebingungan saat belanja kutang. Kamu ingat? Sewaktu lengan mereka turun ke saku, tampak siang dengan segera berubah sore. Kamu melihatnya di mana? Kita, kita melihatnya di internet. Aih!
Sudah jam berapa? Sudah jam lima. Sebaiknya kamu pergi saja, ada makanan di meja. Kalau besok kamu melihat yang cekung-cembung. Kamu ajak saya. Saya mau mencangkul. Sebaiknya kamu pergi.
Satu huruf, tiga kata, lima baris kalimat, tiga paragraf, lima bab, satu buku. Tanpa tanda baca. Aku menulisnya kala cegukan, dan tersihir begitu saja. Tiba-tiba ada. Bodoh! Mabuk!
Ah, si maling kutang!
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Air. Yah, dahaga seringkali meni-rrr-up (lidah leluhur saya bergetar) tenggorokan. Lalu celingukan bukan sedang mencari-cari (dengan slow motion). Sesuatu sedang meradang di dalam batang leher. Kemudian tenggelam.
Mendadak dunia cekung menikung, cembung
menggembung... Dan semuanya kembali datar ― tergenang ― begitu tenang. Ini aneh, kenapa tak direngut saja cekung mata anak busung lapar tadi? Oh, atau kamu sudah jadi anak angkatnya si Carlos Slim Helu. Aku tahu, ia menghubungiku kemarin.
Seperti kemarin, yang habis, dan terjual. Masa selalu hadir beraneka corak. Ragam budaya, ragam basantara, dan jutaan butir pasir di atas timbangan beras. Eh, ngomong apa kamu? Mabuk? Iya, saya mabuk, tapi bukan dengan pasir! Tapi ini dari perasan beras, kenapa kamu marah? Sok, religi? Kamu tahu ballo? Itu beras, kamu makan beras? Tutup mulutmu! Ini pelepah kurma. Kamu bingung, kan? Kenapa Dewi Sri duduk selonjoran di pematang Jawa? Ia tersesat kesana karena mabuk.
Si anak angkatnya Carlos kini sedang mencangkul. Dengan mata melotot ― cembung. Ia mulai dari bertanya. Tanah itu kalau disemai bisa hamil? Perutnya bisa cembung? Apa sih, bedanya cekung sama cembung? Cangkul sontak menjawab: Itu tergantung bagaimana caramu mencangkul. Mencangkul kan bikin tanah cekung, tapi gundukan tanah di belakangmu jadi cembung. Mencangkul dan tertimbun. Bingung. Pah! Cangkul bisa bicara? Tunggu dulu. Itu di internet. Ternyata ia sedang main games FarmVille. Sial.
Hei! Kamu. Ingat yang kemarin? Iya, benar... Yang kemarin, ada dua perempuan sedang kebingungan saat belanja kutang. Kamu ingat? Sewaktu lengan mereka turun ke saku, tampak siang dengan segera berubah sore. Kamu melihatnya di mana? Kita, kita melihatnya di internet. Aih!
Sudah jam berapa? Sudah jam lima. Sebaiknya kamu pergi saja, ada makanan di meja. Kalau besok kamu melihat yang cekung-cembung. Kamu ajak saya. Saya mau mencangkul. Sebaiknya kamu pergi.
Satu huruf, tiga kata, lima baris kalimat, tiga paragraf, lima bab, satu buku. Tanpa tanda baca. Aku menulisnya kala cegukan, dan tersihir begitu saja. Tiba-tiba ada. Bodoh! Mabuk!
Ah, si maling kutang!
Powered by Telkomsel BlackBerry®