Tuesday, April 27, 2021

Sepuluh

No comments

Manusia selalu tabah
sebab mereka tak tahu
tercipta dari apa
Sigi ...

Nenekmu pernah berkata, "Walaupun ayah dan ibumu gemar bertualang dan jarang sekali berada di sisimu, akhirnya kamu tumbuh dengan pintar." 

Nenekmu menjadikan standar penilaian pintarnya dirimu dari caramu mengeja sampai melantunkan ayat-ayat suci. Iqro hingga Quran. Ayah masih ingat ketika 2019 lalu sempat pulang ke kampung, kemudian mengajakmu membeli seragam sekolah. Ayah bertanya apa lagi yang mau Sigi beli. Lalu kau menunjuk deretan kitab suci di balik lemari kaca toko.

Ulang tahunmu kali ini tepat Ramadan. Bulan suci yang kerap kali dirindukan umat Islam sebumi bahkan mungkin oleh astronot muslim di angkasa sana. Namun Ramadan tak melulu tentang rasa bahagia. Di bulan ini, sebagian orang masih kehilangan satu per satu kerabat dan sahabat karena wabah.

Tak hanya wabah, Sigi. Pekan kemarin negeri ini berduka, KRI Nanggala 402 remuk karena renta. Media berlomba-lomba menyisir hati-hati yang tengah berduka. Merekam setiap air mata keluarga yang meruah. Padahal mungkin, duka mereka terlalu dalam untuk digali-gali.

Di Papua, kontak senjata terus berlangsung di Ilaga. Saat ini, peluru terus berdesing. Baling-baling helikopter menderu di langit yang telah merah dengan darah yang menguap. Perang yang tak pernah usai, menyasar semua nyawa hingga tumpur di medan tempur. Nyawa guru, pelajar, ojek, tentara, jenderal, brimob, warga sipil, dan anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) terenggut. Dua kubu yang berperang saling klaim kebenaran ketika ada korban tewas. Saling mencurigai bahwa warga yang pantas dibunuh adalah mata-mata.

Setelah negara melabeli TPNPB-OPM sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), kini bersulih nama lagi menjadi Kelompok Separatis dan Teroris. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar, juga sempat mengatakan bahwa tengah mengkaji opsi untuk memasukkan KKB sebagai organisasi teroris. TPNPB-OPM bukan kelompok kriminal, separatis atau teroris. Masing-masing memiliki definisi yang berbeda-beda. Jika memperjuangkan hak kemerdekaan bangsanya sendiri dicap teroris, maka leluhur dan para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan kita dari Belanda disebut apa?

Sementara presiden kita yang mulia, tetap memerintahkan untuk menumpas TPNPB-OPM meski di bulan suci. Bulan bagi kita menahan segala nafsu. Mungkin presiden kita hendak meniru perang-perang di zaman Nabi Muhammad yang pernah terjadi saat Ramadan, seperti Perang Badar dan Khandaq. 

Pada akhirnya, masyarakatlah yang terus menerus menjadi korban dari konflik bersenjata ini. Papua, ialah pakus emas yang telah menghasilkan kekayaan bagi negeri ini. Meski mereka hanya menerima reja-reja. Ditimpa kemalangan lagi dengan raga mereka yang terus berjatuhan. Merekalah manusia paling tabah yang pernah ayah temui, Sigi.

Ramadan. Bulan di atas nisan makam-makam korban wabah dan konflik bersenjata di Papua. Pun cahayanya menaungi makam-makam tak bernisan di laut terdalam. Tuhan mengerangkeng setan. Sedang maut tetap menjadi tuan. 

Ah, sudah sepuluh tahun, Sigi. Lesung pipitmu semakin dalam terlihat. Selamat hari raya usia. Jangan pernah dewasa. Kelak, jika waktu mulai merampas keping demi keping masa kanak-kanakmu, ingatlah bahwa di masa kecilmu perang hanyalah perang-perangan. Tiada nyawa yang tiada.

Saturday, April 17, 2021

Don't Grow Up

No comments
Sebuah perayaan kerap kali dengan bersuka ria. Syukurlah aku pernah diajari menjadi orang Bali ketika menetap di sana setahun lebih. Di Bali ada Hari Raya Nyepi. Perayaannya justru dilakukan dalam hening. Kita diajak untuk banyak-banyak merenung. Seperti pada momen hari raya usiaku ini yang berada di gerbang bulan suci Ramadan, saat ini, mungkin menunduk akan lebih baik ketimbang menengadah dan mengangkat gelas.

Sunyi bukan berarti kosong. Dalam perjalanan hidup, aku dipertemukan dengan orang-orang hebat yang memilih mengambil jalan sunyi dalam perjuangannya. Mereka yang tak pernah mau menepuk dada sebagai "aku" ketika sesuatu yang diperjuangkan berhasil. Aku juga bersua dengan banyak orang separuh abad yang tak peduli dengan usia, sebab yang terpenting ialah jalan pikiran tak ikut kaku dan menua.

Karena itu, di hari ini tetap dengan doa yang sama: jangan pernah dewasa, karena menjadi dewasa itu membosankan. Seorang bocah bisa berkali-kali menatap langit malam lalu terkagum-kagum dengan bintang gemintang dan bulan menggantung di atas sana. Tetapi banyak orang dewasa tak akan terhibur dengan hal itu lagi. Mereka butuh sesuatu untuk bisa mengagumi angkasa. Tak akan pernah sesederhana cara seorang bocah lugu, hanya perlu lengan untuk menyangga dagu.

So, don't grow up, it's a trap!