Liliyanti Mokodompit dan lukisan karya Pak Moko. Foto: Sigidad |
KELUARGA SENIMAN PAK MOKO BICARA...
Sesuai penuturan pengiat budaya Chairun Mokoginta, seniman asli Bolmong, Tawakal Mokodompit yang merancang dan membuat patung Bogani. Dari hasil penelusuran, akhirnya keluarga mendiang Pak Moko--sapaan akrab Tawakal Mokodompit--berhasil ditemui lalu berkisah...
Liputan: Kristianto Galuwo
MENDUNG menggantung di langit Kotamobagu. Tidak lama kemudian hujan turun membasahi perjalanan pencarian keluarga mendiang Pak Moko. Tak jauh memang, ternyata hanya sekira 200an meter dari letak patung Bogani.
Seorang ibu di warung menunjukkan rumah adiknya Pak Moko, mendiang Harsono Mokodompit, yang ternyata adalah ayah dari Liliyanti Mokodompit, seorang staf di Sekretariat Dewan DPRD Bolmong. Lili sudah cukup akrab dengan para awak media.
Karena urusan mendadak, ia dan suaminya Soejarwo Kastur mengajak untuk ikut serta di mobil Avanza yang mereka kendarai.
"Ayo ikut, nanti di dalam mobil saya cerita tentang Tua' Moko. Kebetulan lagi hujan," ajak dia dan suaminya.
Di perjalanan menuju kantor cabang Bank Sulut yang terletak di Jalan Kartini Kotamobagu. Pembicaraan pun mengalir begitu saja.
"Tua' Moko memang yang membuat patung Bogani. Kakak beradik dua-duanya seniman. Ayah saya pun seorang pelukis sekaligus pematung. Patung di Gedung Bobakidan, sepasang laki-laki dan perempuan itu ayah saya yang membuat. Juga dengan patung di Taman Makam Pahlawan. Nah, kalau patung-patung karya Tua' Moko, nanti coba saya hubungi lewat telepon salah satu putranya di Jakarta," tutur Lili, putri ke lima dari mendiang Harsono Mokodompit.
Sesampainya di tujuan, suaminya turun lalu masuk ke dalam Bank. Lili pun mencoba menghubungi putranya Pak Moko. Saat berhasil dihubungi, lalu mereka bertegur sapa. Putranya yang bernama Dzikrullah Mokodompit pun menceritakan. Dari penuturan ayahnya (Pak Moko) semasa hidup, ada beberapa patung di Manado yang juga dibuat oleh ayahnya.
"Ayah pernah cerita, kalau patung Bogani itu dia yang membuat. Tahun tepatnya saya tidak ingat lagi. Ada beberapa patung juga yang dibangunnya di Manado dan Gorontalo. Kalau di Manado itu patung Worang di Pasar 45. Terus patung Kuda. Juga patung di lapangan Tikala, ada yang pegang-pegang obor itu. Ada yang di Gorontalo, patung Nani Wartabone," kenang putra kedua Pak Moko, dari tujuh bersaudara ini.
Pak Moko berpulang 4 Desember 2010 silam karena stroke. Ketujuh putra dan putrinya pun menetap di Jakarta dan Manado. Dzikrullah menuturkan, saat di Jakarta, ayahnya pernah beberapa kali menggelar pameran lukisan semasa hidup.
"Ayah beberapa kali menggelar pameran lukisan, di Blok M Square, Ancol, juga di Pasar Seni Jakarta," terangnya, Kamis (27/11).
Ia sekeluarga berencana akan mempertanyakan kembali ke pemerintah setempat, mengenai klaim dari beberapa hasil karya mediang ayahnya. Juga meminta pemerintah agar mencantumkan nama pembuat di setiap patung hasil karya ayahnya.
Pembicaraan pun berakhir. Lili dan suaminya mengajak kembali ke rumah, untuk melihat lukisan hasil karya Pak Moko, yang terpampang di ruang tamu rumahnya. Sesampainya di rumah, sebuah lukisan ukuran 1.30 x 1.30 meter menyambut kami. Terlukis empat orang perempuan cantik berhijab dan seorang bocah perempuan berhijab pula, dengan raut wajah berbeda-beda
"Lukisan ini saya ambil di rumah Tua' di Manado. Beruntung lukisan ini masih ada. Jadi bukti kalau Tua' memang seorang pelukis," katanya. Sambil mengusap-usap lukisan tersebut.
Kemudian ibunya Lili, Ramlah Manoarfa menujukkan foto Pak Moko yang menghiasi dinding ruang tamu.
"Ini foto mendiang Pak Moko, kakak dari suami saya. Rambutnya panjang tapi dikuncir. Istrinya Linawaty Talot, juga sudah meninggal dunia," tutur Ramlah.
Ia juga menunjuk sebuah mural di tembok rumah, karya mendiang suaminya. Sepintas melihat foto Pak Moko, jika rambutnya digerai sambil mengenakan ikat kepala, juga dengan janggut lebatnya semasa ia muda, Pak Moko mirip dengan patung Bogani hasil karyanya. Hal itupun dikatakan Lili, sebab Pak Moko memang sangat mirip dengan wajah patung Bogani.
Tak berlama-lama lagi, wartawan koran ini pamitan. Sesudah itu, Chairun Mokoginta mengabari, ia baru saja bertemu dengan H.D Makalalag, mantan Ketua KPU, yang pada saat patung Bogani dibangun, ia adalah kepala urusan rumah tangga di masa kepemimpinan Bupati O.N Mokoagow.
"Saya baru saja bertemu dengan H.D Makalalag. Ia juga mengatakan patung Bogani di Kotobangon dibangun saat pemerintahan Bupati O.N. Mokoagow dan yang membuatnya adalah Tawakal Mokodompit," terang Chairun.
Terang sudah, siapa yang berjasa dengan karya hebat patung Bogani. Simbol patriotisme di Kabupaten Bolmong. Sejarah harus diluruskan. Sejarah patut dikenang. Agar generasi kita tahu, negeri Totabuan memiliki seniman-seniman hebat.
Patung Bogani (Bagian 3)
Bogani menjadi maskot KPU Kota Kotamobagu. Gambar: KPU Kota Kotamobagu |
BOGANI DIJADIKAN MASKOT DAN DIHORMATI
Berbagai cara menjadi bentuk sanjungan mereka kepada tokoh Bogani. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Kotamobagu menjadikan maskot Pemilihan Wali Kota Kotamobagu (Pilwako) 24 Juni 2013 silam, hingga Anggota Dewan Perkawilan Daerah (DPD) RI Benny Ramdhani (BRANI) yang melakukan “ritual” pembasuhan Patung Bogani.
SAAT ditelepon, Ketua KPU Kotamobagu, Nayodo Kurniawan mengatakan sedang berada di acara duka keluarga.
“30 menit lagi yah, kalau sudah di rumah nanti saya hubungi lagi,” katanya. Setelah menunggu, tidak sampai 30 menit lamanya, telepon berdering dan ternyata dari Nayodo yang biasa disapa Kak Nanang.
“Saya sudah di rumah, kesini saja,” ajaknya, disusul dengan sedikit petunjuk letak rumahnya yang berada di Kelurahan Gogagoman, Kecamatan Kotamobagu Barat.
Disambut di teras rumah panggungnya, Kak Nanang segera mengulas tentang penulisan sejarah pembuat Patung Bogani, yang dipublikasikan koran Radar Bolmong, edisi Rabu (26/11) dan Kamis (27/11).
“Iya saya baca, memang seharusnya hal-hal seperti ini digali, agar generasi muda tahu,” katanya, sambil memantik korek apinya. Sebatang rokok tersulut, lalu cerita berlanjut.
Wartawan koran ini menanyakan alasan, kenapa saat Pilwako 24 Juni 2013 silam, KPU Kotamobagu menjadikan Bogani sebagai maskot.
“Bogani adalah sosok kesatria, jujur, amanah dan memiliki keselarasan antara perkataan dan perbuatan. Sehingga KPU Kotamobagu menjadikan Bogani sebagai maskot, dengan maksud agar masyarakat melihat, sosok seperti Bogani yang pantas menjadi pemimpin dalam membawa Kotamobagu ke depan,” jelas Kak Nanang.
Ia pun meminta kepada pemerintah agar terus menjadikan Bogani sebagai maskot Bolmong sepanjang masa.
“Harus jadi maskot sepanjang masa. Insya Allah, jika ada Pilwako selanjutnya, Bogani akan tetap menjadi maskot KPU,” harapnya.
Bukan hanya itu, ia meminta pemerintah agar bisa menganggarkan di Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD), terkhusus untuk dinas terkait melakukan riset sejarah.
“Pemerintah harus ada anggaran untuk itu. Bahkan bisa membuat buku sejarah Bolmong, yang dirangkum dari catatan atau keterangan para sejarahwan. Buku-bukunya bisa dibagi di sekolah-sekolah, biar jadi referensi para generasi muda,” terang Nayodo dengan nada serius.
Tak lama kemudian datang Aditya Tagela, salah satu komisioner devisi hukum dan pengawasan KPU Kotamobagu.
Ditanyai soal ide pencatutan Bogani sebagai maskot. Nayodo dan Aditya sepakat, itu adalah ide bersama.
“Itu ide bersama, ada plenonya juga saat itu,” terang Nayodo yang disepakati Aditya.
Setelah bercerita panjang lebar, ia mengambil sebuah kaos yang bergambar tokoh kartun Bogani-yang menjadi maskot-lalu menghadiahkan kaos itu kepada wartawan koran ini.
Berpamitan pulang, wawancara pun berlanjut kepada salah satu anggota DPD RI perwakilan Bolmong, Benny Ramdhani. Sedang berada di Ibukota Jakarta, Benny diwawancarai melalui sambungan telepon. Salah satu momen penting yang dilakoninya saat Pesta Demokrasi 9 April 2014. Ia yang mencalonkan diri sebagai perwakilan Bolmong untuk merebut kursi di DPD RI, berhasil menarik simpatik masyarakat dengan aksinya yang melakukan “ritual” pembasuhan patung Bogani.
“Bogani adalah simbol heroisme dan patriotisme. Patung Bogani itu seolah-olah dilupakan. Momennya pada saat itu, tatkala suara calon perwakilan Bolmong terancam dicuri, maka itu sebagai bentuk permintaan restu kepada Bogani, untuk siap melakukan perjuangan jika nanti ada kecurangan,” terang Benny dengan nada suara penuh semangat
Selain itu, ditambahkannya, pembasuhan patung Bogani adalah bentuk kritik kepada semua pihak, yang mengabaikan dan bertindak seasalnya terhadap patung Bogani.
“Kita lihat saat ramai pesta demokrasi, ada beberapa stiker partai yang ditempelkan di tubuh patung Bogani. Selain itu di ujung tombaknya diikatkan bendera partai, harusnya itu dilarang,” sampai Benny, Jumat (28/11).
Benny juga mengeluhkan kurangnya perhatian pemerintah untuk melakukan perawatan patung-patung dan monumen-monumen bersejarah di Bolmong. Juga kepada generasi muda, ia menyampaikan agar terus menjaga dan membuka mata hati, supaya bisa meneladani tokoh Bogani, sebagai simbol perjuangan.
Besar harapan Benny, agar seluruh elemen masyarakat di Bolmong, bisa mengenal lebih jauh ke dalam, menggali sejarah dan budaya daerah yang mulai terlupakan.
Benny Ramdhani saat aksinya membasuh patung Bogani. Foto: Koleksi pribadi |
Catatan: Ketiga liputan bersambung Patung Bogani, dimuat di koran Radar Bolmong, sewaktu saya masih sebagai wartawan di sana. Sengaja saya sadur di blog, untuk kepentingan dokumentasi pribadi.