Untuk sebuah nama, Karlin memang begitu singkat. Pendek seperti sebuah perkenalan.
"Hei, sepedanya bagus yah. Lucu. Ini sepedamu?" tanya Karlin akrab. Saat melihat sepeda fixie versi ontel terparkir di depan kamar kosnya.
Kemudian bincang mengalir begitu saja. Tapi tunggu dulu. Setelah unggun tempurung memahat jelas wajah laki-laki itu, tiba-tiba kedua kening Karlin saling merangkul. Raut wajah heran semburat dari kerudungnya.
"Saya pikir kamu itu Wanto. Mirip sekali."
Perkenalan hanya dari kemiripan memang penuh lelucon. Kemudian tawa renyah putus lepas, seperti balon pergi mengangkasa meninggalkan ujung benang.
Karlin kemudian ditanyai, "Kerja di dinas mana?"
Jawaban benar ada di ujung anak tangga lantai dua kantor Bupati. Sialan.
Sejak itu, siul dan sapa terdengar di ujung anak tangga.
"Suiiittt!! Karlin!"
Kemudian suara itu menghilang. Karlin sibuk mencari, lalu mengejar langkah di balik tirai. Ternyata si laki-laki tambun pembawa sepeda lucu.
Selanjutnya di setiap ujung anak tangga, siul terus terdengar. Hingga perkenalan di BBM, "Barcode pinnya dong," lalu laki-laki itu bergegas pergi.
Pertemuan selanjutnya... Karlin terlihat serius membaca. Apa yang bisa dikatakan kepada perempuan berkerudung yang gemar membaca? Keren!
Embus angin di terik matahari Bolmut, menebal di lantai dua, menambah kekhusyukan Karlin membaca. Lembar demi lembar buku ia lemparkan dengan jemari lentiknya. Hingga datang teman perempuan yang membuyarkan keseriusannya. Tapi Karlin tetap tenang. Ia jawab satu demi satu pertanyaan temannya itu, lalu menunduk lagi. Membaca.
"Hei, sepedanya bagus yah. Lucu. Ini sepedamu?" tanya Karlin akrab. Saat melihat sepeda fixie versi ontel terparkir di depan kamar kosnya.
Kemudian bincang mengalir begitu saja. Tapi tunggu dulu. Setelah unggun tempurung memahat jelas wajah laki-laki itu, tiba-tiba kedua kening Karlin saling merangkul. Raut wajah heran semburat dari kerudungnya.
"Saya pikir kamu itu Wanto. Mirip sekali."
Perkenalan hanya dari kemiripan memang penuh lelucon. Kemudian tawa renyah putus lepas, seperti balon pergi mengangkasa meninggalkan ujung benang.
Karlin kemudian ditanyai, "Kerja di dinas mana?"
Jawaban benar ada di ujung anak tangga lantai dua kantor Bupati. Sialan.
Sejak itu, siul dan sapa terdengar di ujung anak tangga.
"Suiiittt!! Karlin!"
Kemudian suara itu menghilang. Karlin sibuk mencari, lalu mengejar langkah di balik tirai. Ternyata si laki-laki tambun pembawa sepeda lucu.
Selanjutnya di setiap ujung anak tangga, siul terus terdengar. Hingga perkenalan di BBM, "Barcode pinnya dong," lalu laki-laki itu bergegas pergi.
Pertemuan selanjutnya... Karlin terlihat serius membaca. Apa yang bisa dikatakan kepada perempuan berkerudung yang gemar membaca? Keren!
Embus angin di terik matahari Bolmut, menebal di lantai dua, menambah kekhusyukan Karlin membaca. Lembar demi lembar buku ia lemparkan dengan jemari lentiknya. Hingga datang teman perempuan yang membuyarkan keseriusannya. Tapi Karlin tetap tenang. Ia jawab satu demi satu pertanyaan temannya itu, lalu menunduk lagi. Membaca.
"Saya punya banyak buku, nanti saya pinjami," janji laki-laki itu, sebelum pergi.
Sampai pada hari ketika berkas bulanan butuh tanda tangan Karlin. Senyum Karlin masih di sana. Mereka menjadi akrab.
Pekan lalu. Karlin girang. Ia dipromosi jabatan dan harus pindah ke RSUD Bolmut. Meski tetap harus meringkuk di balik meja kerja. Tapi Karlin bersyukur, sebab kerjanya kali ini selaras dengan disiplin ilmunya. Lima tahun silam, Karlin tamat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo.
Tantangan baru. Tulis Karlin. Love u friend's.
Pekan ini, mungkin Karlin bertemu kembali dengan teman-teman lamanya. Pun harus berpisah dengan teman-teman lamanya pula.
Setelah itu... Karlin tak pernah tahu, ada langkah gontai laki-laki pembawa sepeda lucu di ujung anak tangga; tak ada lagi siul, tak ada lagi panggil, tak ada lagi tanda-tangan. Dan... Tak ada lagi perempuan berkerudung yang, menyilangkan kakinya sembari membaca. Tak ada lagi.
Tapi... Semoga kegemaran membaca itu tetap ada. Selamat Karlin untuk pekerjaan lama yang, menjadi baru bagimu. Perkenalan memang sesingkat namamu.
*
Di suatu hari, masih di ujung anak tangga. Samar laki-laki itu mendengar, "Sigi!"
Namun laki-laki itu tak pernah lagi menemukan Karlin.
Bolmut
Minggu, 28-Juni-2015
3.03 am