2016 akan segera berlalu. Tahun yang merampas begitu banyak kawan terbaikku. Yayang, Bedew, dan Boneng. Tiga kawan yang serupa seribu.
Sebelum mereka masing-masing berpulang, ada ucap pamit yang tak pernah terbacai.
Yayang sempat bergurau denganku, tentang masa lalu yang selalu menjadi kenangan terbaik, setelah usia semakin menua lalu anak-anak terlahir sebagai boneka manja yang, harus ditemani setiap saat melebihi apa pun.
Juga istri yang selalu cemas dan bertanya-tanya: ke mana suamiku? Padahal untuk tidur di ranjang yang sama, adalah satu-satunya jalan pulang yang ada di benaknya. Waktu telah menjadi hanya tiga saja baginya: untuk dia sendiri, anak, dan istrinya. Bahkan orangtua dan teman-teman tak lagi mendapat jatah yang banyak untuk itu.
Bedew dengan kenangan apa saja yang selalu ingin ia putar kembali. Ia bisa membawa kami ke masa lalu dengan segera. Makan di rumah makan yang dulu kerap kali kami singgahi, lalu memilih menu yang sama. Mendengarkan lagu yang telah lama terhapus dari memori ponsel. Mengelabui pagi dengan cerita yang berulang-ulang. Seolah-olah waktu tidak pernah beranjak.
Ia selalu punya banyak cara untuk membuat kami kaget, tertawa, dan berulang kali memuja masa lalu. Sebab baginya di masa lalu ada bagian-bagian terbaik yang tak boleh dilupakan.
Boneng akan selalu cerewet dengan kisahnya yang tak pernah lepas dari makanan. Ia pintar memasak tapi tak banyak makan. Baginya melihat teman bercucur keringat ketika melahap hasil masakannya, adalah sebuah kebahagiaan yang kekal.
Jangan pernah mengemis makanan kepadanya. Sebab wajah lapar sudah sangat dikenalinya. Bahkan sebelum lapar itu hadir, ia akan mendahuluinya dengan tanya, "So makang?"
2016 akan segera berlalu. Di tahun ini, lebih banyak hari yang kuhabiskan di desa kelahiran. Ingin untuk berlama-lama di sini sudah bulat. Tapi sepertinya berada lama di sini, hanya membuat tanya itu semakin menebal setiap hari. Sebuah pertanyaan yang hadir berulang-ulang kali: ke mana kalian pergi, kenapa begitu lama kembali?