Sesudah bencana, sebaiknya wartawan menghindari dulu mewawancarai keluarga korban yang meninggal. Apalagi bencananya baru kemarin, liputan soal kesedihan keluarga korban ditayangkan hari ini. Bayangkan perasaan keluarga korban ketika wartawan menggali-gali ingatan itu?
Saya jadi ingat ketika meliput bencana banjir bandang di Sentani tahun lalu. Korban jiwa ratusan dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Setelah hampir seminggu berada di Sentani, saya dan seorang kawan tidak sengaja bertemu seorang bapak, ketika menyusuri Kali Kemiri. Ini lokasi terparah. Bapak ini kebetulan berteman dengan kawan saya. Ia hendak melihat rumahnya yang telah hancur. Dan dia berkenan diwawancarai.
Saat bertanya tentang seekor anjing yang sering membuntutinya, saya sudah memikirkan angle liputan saya, tentang bagaimana ia dipertemukan kembali dengan anjing peliharaannya itu, yang terpisah selama beberapa hari. Tapi secara tidak sengaja lagi, pembicaraan kami yang mengalir begitu saja, bermuara pada kisah satu putri dan satu putranya yang terseret banjir. Putrinya meninggal. Putranya belum ditemukan kala itu. Meski angle dalam tulisan itu terhubung ke anjing miliknya, anjing pelacak, dan bangkai anjing yang ditemukan tim SAR, kisah tentang anak-anaknya juga terselip di sana.
Sejak ditayangkan, ada yang menelepon ke kantor menanyakan alamat bapak itu. Katanya mereka ingin memberi bantuan kepadanya. Namun selain memberikan bantuan, ternyata beberapa wartawan lain kembali mewawancarainya. Menggali-gali kembali lukanya. Saya jadi merasa bersalah.
Alangkah baiknya, jurnalis fokus kepada korban-korban yang membutuhkan bantuan, mencari tahu penyebab bencana, apakah lokasi atau kampung-kampung yang terdampak bencana punya sistem peringatan dini berbasis masyarakat, misal: memukul kentongan, meniup cangkang keong, dan lain sebagainya. Ini baik untuk mengedukasi masyarakat agar tanggap bencana di lain waktu.
Semoga kawan-kawan di Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow Utara yang terdampak banjir bandang, bisa melewati dampak bencana ini dengan hati yang kuat.
No comments :
Post a Comment