Polemik rencana pembangunan bandara di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), mungkin sekitar 2013 atau 2014 silam, menyulam perkenalan saya dengan Herson Mayulu.
Kala itu, Herson Mayulu menjabat sebagai Bupati Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel). Bandara baru di Provinsi Sulawesi Utara, rencananya akan dibangun di Bolmong. Bolsel dan Bolmong induk sama-sama mempersiapkan kelengkapan pembangunan bandara perintis, untuk diajukan ke Kementerian Perhubungan.
Di tengah polemik itulah, seorang kawan menyarankan saya menulis tentang Herson Mayulu, yang saat itu bersikukuh agar bandara dibangun di Bolsel.
"Nama akrabnya Om Oku," kata kawan saya.
Setelah memindai beberapa pemberitaan terkait itu, saya menulis artikel berjudul "Om Oku Ini Jo tu Loku".
Ponsel terpintar saat itu adalah BlackBerry yang, pada 4 Januari 2022 tinggal menjadi fosil karena sistem operasinya resmi ditutup. Artikel itu kemudian di-broadcast sejumlah kawan, lalu sampai di layar ponsel Om Oku.
Kawan Nev Setiawan yang lumayan dekat dengan Om Oku mengirimkan "PING!!!" di BBM. Disusul dengan pesan bahwa tulisan saya dibaca Om Oku.
Pesan susulan berisi, "Saya kasih PIN BBM-mu kepadanya [Om Oku]."
Sejam kemudian, undangan baru pertemanan masuk. Seorang bupati dari Negeri Selatan. Dan saya hanya seorang wartawan baru, yang bahkan berjumpa dengan pejabat saja masih gugup.
Artikel yang saya tulis dikirimkannya kembali. Lalu kami terlibat percakapan panjang tentang isi artikel. Saya menulis di artikel tersebut, daripada gaduh soal bandara perintis dibangun di Bolsel atau Bolmong, alangkah baiknya Bolsel menarik diri, membiarkan bandara tersebut dibangun di Bolmong. Selain lokasi di Lolak, Bolmong, cukup strategis dan berada di tengah-tengah, lalu lintas kendaraan antarprovinsi lebih banyak melewati Bolmong ketimbang Bolsel.
Bolsel menghadap langsung dengan Teluk Tomini, teluk terbesar di Indonesia. Mungkin Bolsel bisa membangun pelabuhan yang nantinya bisa menjadi pintu masuk jalur laut, jika kelak kita menjadi Provinsi Bolmong Raya. Kalau Bolmong punya bandara, maka Bolsel punya pelabuhan. Seperti Manado dan Bitung. Apalagi, potensi wisata bahari Bolsel sangat menjanjikan. Judul artikel "Om Oku Ini Jo tu Loku" (Om Oku Ini Saja yang Ditangkap) bermaksud demikian. Yang "ditangkap" ide pembangunan pelabuhan saja daripada bandara.
"Betul juga apa yang kamu sampaikan, tetapi saya akan berusaha agar bandara dibangun di Bolsel." Isi pesan Om Oku, sekuat ingatan saya.
Setelah itu, kami masih terlibat percakapan panjang. Dari situlah, saya tahu bahwa Om Oku adalah orang yang sangat teguh dengan pilihannya. Ia tetap bersikeras agar bandara dibangun di Bolsel.
Beberapa tahun kemudian, saya tinggal di Gorontalo--tanah kelahiran Om Oku. Suatu hari, saya pulang ke kampung hanya beberapa hari saja. Nev yang hendak ke Gorontalo, menawarkan untuk berangkat bersama dengan mobilnya, tetapi melewati jalur selatan. Di saat itulah, pertemuan tatap muka dengan Om Oku terkabul. Ia sedang berkampanye untuk periode keduanya sebagai bupati. Nev mempertemukan kami meski hanya sebentar, karena akan melanjutkan perjalanan ke Gorontalo.
Tahun-tahun menggelinding dengan cepat. Saya lebih banyak berada di luar daerah. Tetapi informasi di tanah kelahiran tetap terpindai. Bupati Bolsel dua periode ini, menanggalkan jabatannya karena maju sebagai caleg DPR RI. Pilihan tepat karena Om Oku terpilih menjadi anggota DPR RI pada 2019, menunggangi banteng PDI Perjuangan untuk daerah pemilihan Sulawesi Utara.
Tahun lalu, garis bibir saya melengkung, ketika membaca berita tentang perjuangannya untuk bandara di Lolak, Bolmong. Bandara Lolak menjadi salah satu dari sepuluh bandara, yang ditargetkan pembangunannya selesai pada 2024, sesuai instruksi Ditjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan. Hal itu disampaikan langsung Staf Ahli Anggota DPR RI Herson Mayulu.
Ketika menjadi Bupati Bolsel, Om Oku ingin melakukan apa yang terbaik untuk masyarakat Bolsel. Lalu ketika menjadi anggota DPR RI, Om Oku ingin yang terbaik pula untuk semua masyarakat Bolmong Raya.
Tahun lalu juga, dalam Rapat Dengar Pendapat antara Komisi V DPR RI dengan Dirjen Perhubungan Laut dan Dirjen Perhubungan Udara, di Jakarta, Om Oku sempat membahas terkait operasional Pelabuhan Torosik, di Kecamatan Pinolosian Tengah, Bolsel. Ia mengunjungi pelabuhan tersebut, dan sangat prihatin dengan kondisinya. Bahkan menurutnya pelabuhan itu tak lagi memiliki pegawai.
Saya teringat kembali percakapan tentang pelabuhan dan bandara kala itu ...
Kemudian ... Minggu kemarin, pukul 09.05 WIB, Om Oku dikabarkan berpulang di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Kabar itu tersiar begitu cepat di media sosial. Beranda Facebook saya bersikut-sikutan ucapan belasungkawa untuk Om Oku.
Ahh umur ... hanya berisi angka-angka. Namun di setiap angka itu ada hal-hal baik yang kita lakukan, itu sudah lebih dari cukup sebagai bekal kita. Mungkin seperti itu pemaknaan Om Oku ...
Selamat jalan Om Oku. Sukur moanto (terima kasih) untuk kebaikan-kebaikan yang Om Oku tinggalkan untuk Tanah Totabuan.
Al-Fatihah ...
No comments :
Post a Comment