Aku tunduk pagi ini di atas kakus dan melihat sejenak cahaya menggelinding yang, meloncati tembok dingin penuh wajah-wajah. Aku mencari segala bentuk terlukis meyerupai apa saja.
Seekor semut menuntunku pada sebuah bentuk menyerupai boneka beruang. Tapi, bentuk tubuh boneka beruang itu berkelamin laki-laki. Pagi ini, tertawa pun masih sangat keras meski sisa lelah semalam.
Ini kebetulan yang aneh. Aku pikir, mungkin boneka ini yang seharusnya pantas dipeluk si Capres berdagu miring yang, menenggelamkan ratusan rumah dalam lumpur. Tapi tetap saja ia pe-de mau nyapres dengan sepatu penuh lumpur. Ah, semua kandidat tolol. Bukan hanya dia.
Berlama-lama di toilet adalah kebiasaanku. Dengan lengan tanganku setengah tenggelam di bak mandi, sambil memandangi terus cahaya dan wajah-wajah itu, aku merenungi kebodohan masyarakat Indonesia yang mau terus dibodohi. Mungkin karena terus dibodohi jadi makin bodoh.
Dari beberapa Capres, kira-kira siapa yang anda jagokan? Jokowi?
Ah, silahkan memilih, kata Sartre, "Keputusan apapun yang kamu ambil, dampaknya selalu bagi seluruh umat manusia."
Berlama-lama di toilet sampe mikir negara itu memang aneh. Aku jenis manusia yang suka tafakur dan berlama-lama di dalam kamar mandi. Banyak hal yang bisa kusaksikan gratis di sini, tanpa iklan, tanpa harus memaksakan diri larut dengan apa yang mereka sajikan. Di sini, aku mencari sendiri apa yang pantas kunikmati di dalam bak mandi; dari mulai semut-semut tenggelam, kecoa yang jatuh dari semalam, bahkan seekor anak tikus kedinginan yang bola matanya hitam mengiba. Ah, ini tontonan yang tak monoton macam sinetron, atau pencitraan jelang Pemilu.
Mungkin sudah saatnya negri ini dipimpin oleh boneka yang berkelamin. Karena yang benar-benar jantan dan pantas memimpin itu, sangat sulit dicari. Seperti mencari boneka berkelamin.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Seekor semut menuntunku pada sebuah bentuk menyerupai boneka beruang. Tapi, bentuk tubuh boneka beruang itu berkelamin laki-laki. Pagi ini, tertawa pun masih sangat keras meski sisa lelah semalam.
Ini kebetulan yang aneh. Aku pikir, mungkin boneka ini yang seharusnya pantas dipeluk si Capres berdagu miring yang, menenggelamkan ratusan rumah dalam lumpur. Tapi tetap saja ia pe-de mau nyapres dengan sepatu penuh lumpur. Ah, semua kandidat tolol. Bukan hanya dia.
Berlama-lama di toilet adalah kebiasaanku. Dengan lengan tanganku setengah tenggelam di bak mandi, sambil memandangi terus cahaya dan wajah-wajah itu, aku merenungi kebodohan masyarakat Indonesia yang mau terus dibodohi. Mungkin karena terus dibodohi jadi makin bodoh.
Dari beberapa Capres, kira-kira siapa yang anda jagokan? Jokowi?
Ah, silahkan memilih, kata Sartre, "Keputusan apapun yang kamu ambil, dampaknya selalu bagi seluruh umat manusia."
Berlama-lama di toilet sampe mikir negara itu memang aneh. Aku jenis manusia yang suka tafakur dan berlama-lama di dalam kamar mandi. Banyak hal yang bisa kusaksikan gratis di sini, tanpa iklan, tanpa harus memaksakan diri larut dengan apa yang mereka sajikan. Di sini, aku mencari sendiri apa yang pantas kunikmati di dalam bak mandi; dari mulai semut-semut tenggelam, kecoa yang jatuh dari semalam, bahkan seekor anak tikus kedinginan yang bola matanya hitam mengiba. Ah, ini tontonan yang tak monoton macam sinetron, atau pencitraan jelang Pemilu.
Mungkin sudah saatnya negri ini dipimpin oleh boneka yang berkelamin. Karena yang benar-benar jantan dan pantas memimpin itu, sangat sulit dicari. Seperti mencari boneka berkelamin.
Powered by Telkomsel BlackBerry®