Ini empat lukisan mahakarya Sigi waktu dia umur empat tahun lebih. Sepertinya hantu Picasso bakalan iri melihatnya. Apalagi lukisan pertama, yang sepertinya itu saat saya pulang dalam keadaan mabuk lalu muntah. Muntahannya tak hanya keluar dari mulut, tapi dari otak juga. Dan karena warna muntahannya hitam, kayaknya itu minuman alkohol campuran bir hitam dan cap tikus. Picasso mungkin bisa melukis seperti ini, dengan membayangkan Modigliani sedang muntah di atas lukisan Dora Maar au Chat, yang susah ditafsir itu. Atau bisa juga itu hanya gambar rambut dan jenggot. Mungkin harapan Sigi, saya bisa panjangin jenggot tempat berayun-ayunnya para bidadari.
Lukisan kedua, dari bentuknya bisa dipastikan itu ikan mujair purba yang pernah hidup 500 juta tahun lalu. Bisa dilihat dari bentuk persegi panjang berdimensi yang mengelilingi ikan, yang mempertegas bahwa fosil ikan itu ditemukan di bongkahan es kutub utara. Karena tidak mungkin itu akuarium. Selain terlalu kecil, kami memang tak punya akuarium di rumah. Atau bisa jadi itu hanya gambar mujair goreng tepung, yang disimpan di dalam tupperware bening.
Lukisan ketiga, karena Sigi tahu saya sering sial seperti Donal Bebek dan punya tato Donal Bebek, jadi dia melukis bebek bermata besar, bundar, dan hitam. Perpaduan antara Walt Disney dan manga Jepang. Sementara ejaan APDEG di badan bebek, sampai sekarang saya belum bisa memecahkan misterinya. Mungkin hanya Leonardo da Vinci yang bisa.
Yang terakhir, lukisan keempat, sepertinya itu sebuah ramalan. Gambar pohonnya pasti familiar bagi yang melihatnya. Itu pohon beringin yang baru dari barbershop. Mungkin Sigi hendak meramalkan, bahwa Orba begitu digdaya. Dan ramalan itu sepertinya benar. Sekarang saja masih mirip Orba. Berarti Sigi cocoknya bukan jadi pelukis. Tapi jadi cenayang. Lumayan, biar bisa bantu mereka yang mau berkomunikasi dengan hantu-hantu komunis.
Lukisan kedua, dari bentuknya bisa dipastikan itu ikan mujair purba yang pernah hidup 500 juta tahun lalu. Bisa dilihat dari bentuk persegi panjang berdimensi yang mengelilingi ikan, yang mempertegas bahwa fosil ikan itu ditemukan di bongkahan es kutub utara. Karena tidak mungkin itu akuarium. Selain terlalu kecil, kami memang tak punya akuarium di rumah. Atau bisa jadi itu hanya gambar mujair goreng tepung, yang disimpan di dalam tupperware bening.
Lukisan ketiga, karena Sigi tahu saya sering sial seperti Donal Bebek dan punya tato Donal Bebek, jadi dia melukis bebek bermata besar, bundar, dan hitam. Perpaduan antara Walt Disney dan manga Jepang. Sementara ejaan APDEG di badan bebek, sampai sekarang saya belum bisa memecahkan misterinya. Mungkin hanya Leonardo da Vinci yang bisa.
Yang terakhir, lukisan keempat, sepertinya itu sebuah ramalan. Gambar pohonnya pasti familiar bagi yang melihatnya. Itu pohon beringin yang baru dari barbershop. Mungkin Sigi hendak meramalkan, bahwa Orba begitu digdaya. Dan ramalan itu sepertinya benar. Sekarang saja masih mirip Orba. Berarti Sigi cocoknya bukan jadi pelukis. Tapi jadi cenayang. Lumayan, biar bisa bantu mereka yang mau berkomunikasi dengan hantu-hantu komunis.
No comments :
Post a Comment