Eropassi memang selalu punya cerita. Entah itu kisah yang membuatmu merangkul dengkul atau tentang tawa yang tak akan pernah usai. Tapi aku selalu menyukai apa pun yang diberi oleh desa ini kendati itu ialah luka. Karena di sinilah aku bertumbuh meski nanti akan menua dan rengsa di tempat berbeda.
Pada 30 Agustus kemarin, aku kecelakaan. Tapi luka di desa atau di kota mungil ini, ialah bagian dari kisah-kisahku. Seberapa bedebah kami di sini mengagumi air-air suci. Seberapa biadabnya kami mendustai pagi.
Lingkaran pertemanan di sini terus berubah. Ada yang pergi, menghilang, tumbuh dewasa, menikah, menua, dan segala siklus hidup yang pasti. Tapi ada yang tetap menolak untuk beranjak dewasa, menikmati hidup seolah-olah kita hanya terlahir ke dunia sekadar untuk mampir menikmati bir.
Aku bersua lagi dengan cerita-cerita baru meski yang lampau sesekali mengulang. Bagaimana kami membunuh kesepian desa, dengan telapak tangan yang menggenggam api. Sekali lagi desa ini menuliskan banyak hal untuk menambah tabung ingatan.
Sampai di sini, sudah sejauh apa jalan yang kalian tempuh? Tapi apakah kalian pernah berpikir, kalian hanya terus kembali ke permulaan, setiap kali menemui hal-hal yang melebihi apa yang telah kalian lalui. Maka jika hidupmu mulai terasa bajingan, jalani saja sebedebah mungkin. Sampai kau merasa tak ada satu pun manusia yang sama kisah denganmu.
Sebab, jika hidup memiliki batas, kenapa kau tak bersenang-senang?