Anda kenal The Rolling Stones?
Sudah tentu kenal. Grup musik rock asal Inggris yang berkiprah sejak tahun 1960-an. Stones menggemakan musik dan lirik-lirik lagu gila mereka hingga melesak ke dalam moncong gua Esa Ala. Semua negeri yang memiliki gua, pasti gaung musik mereka telah terdengar.
Kenapa saya jadi ingat grup band ini? Saat tengah berada di zona ritual rolling kabinet Pemerintahan Kota Kotamobagu. Seketika saja, salah satu lagu Stones, I Can't Get No melesat dalam ingat. Lagu yang mendapat urutan keempat lagu terbaik Stones. Agak sulit memang menentukan yang mana lagu terbaik dari sekian banyak album yang telah dirilis sejak awal mula mereka berkarir di dunia musik. Namun, upaya untuk memilah dan memilih itu dilakukan oleh Mojo (salah satu majalah musik terkenal di Inggris) saat ulang tahun Stones yang ke-40.
Nah, saat rolling kabinet, satu-satunya yang menghibur saya hanya lagu itu. Karena apapun soal rolling kabinet pasca peralihan tampuk kekuasaan. Pasti sangat membosankan dengan format repetesi, berulang-ulang ― sama ― dan kita sudah tahu, siapa yang didepak dan didapuk.
Seperti majalah Mojo, sebuah tabloid yang selalu memberitakan para pelaku seni. Maka sama halnya dengan media-media cetak maupun online di daerah ini yang memberitakan tentang mereka para pelaku kebijakan (dengan sedikit
terpaksa kata 'kebijakan' saya pakai). Ritual rolling selalu menjadi yang terhangat dan paling ditunggu-tunggu. Disaat pelantikan dan pengambilan sumpah, saya berani bertaruh, bukan nama Tuhan lagi yang mereka sebut, tapi nama si Ratu (atau si Raja).
Bicara soal loyalitas, para pemegang kekuasaan harus banyak mengoleksi film-film mafia, gangster, dan triad. Lucu jika melihat para penjilat yang seharusnya ditembak mati malah mendapatkan tempat yang layak, dan secara tiba-tiba berkelindan dengan majikan barunya sangat akrab. Sedangkan mereka yang begitu loyal dengan yang namanya 'atasan' bukan 'tuan', ditendang begitu saja meski kinerja mereka selama ini cukup baik.
Acapkali yang menjadi korban, pegawai-pegawai negeri sipil yang selama ini tanpa sadar tersesat dalam labirin kekuasaan. Sebagian ada yang hampir atau sudah menemukan pintu bertuliskan "Eureka!". Pun ada yang malah kembali ke asal mula jejak langkah. Namun, satu hal yang selalu menjadi pelajaran dari setiap pengembara karir, bahwa ada yang lebih kuasa di atas segala yang paling berkuasa di muka bumi ini. Dan kita seringkali dibisiki satu kalimat, "Tuhan tak tidur, dan selalu memberi jalan."
Bicara soal rolling kabinet memang bikin boring. Makanya saya tak panjang bicara soal itu (kurang paham juga). Tapi, disaat-saat bosan, Stones akan selalu menghibur kita sekalian para pencinta kegilaan yang selalu merdeka.
Mari terus menggelinding!
When I'm watchin' my TV
and a man comes on to tell me
how white my shirts can be.
Well he can't be a man 'cause he doesn't smoke the same cigarrettes as me.
I can't get no, oh no no no.
Hey hey hey, that's what I say.
Sudah tentu kenal. Grup musik rock asal Inggris yang berkiprah sejak tahun 1960-an. Stones menggemakan musik dan lirik-lirik lagu gila mereka hingga melesak ke dalam moncong gua Esa Ala. Semua negeri yang memiliki gua, pasti gaung musik mereka telah terdengar.
Kenapa saya jadi ingat grup band ini? Saat tengah berada di zona ritual rolling kabinet Pemerintahan Kota Kotamobagu. Seketika saja, salah satu lagu Stones, I Can't Get No melesat dalam ingat. Lagu yang mendapat urutan keempat lagu terbaik Stones. Agak sulit memang menentukan yang mana lagu terbaik dari sekian banyak album yang telah dirilis sejak awal mula mereka berkarir di dunia musik. Namun, upaya untuk memilah dan memilih itu dilakukan oleh Mojo (salah satu majalah musik terkenal di Inggris) saat ulang tahun Stones yang ke-40.
Nah, saat rolling kabinet, satu-satunya yang menghibur saya hanya lagu itu. Karena apapun soal rolling kabinet pasca peralihan tampuk kekuasaan. Pasti sangat membosankan dengan format repetesi, berulang-ulang ― sama ― dan kita sudah tahu, siapa yang didepak dan didapuk.
Seperti majalah Mojo, sebuah tabloid yang selalu memberitakan para pelaku seni. Maka sama halnya dengan media-media cetak maupun online di daerah ini yang memberitakan tentang mereka para pelaku kebijakan (dengan sedikit
terpaksa kata 'kebijakan' saya pakai). Ritual rolling selalu menjadi yang terhangat dan paling ditunggu-tunggu. Disaat pelantikan dan pengambilan sumpah, saya berani bertaruh, bukan nama Tuhan lagi yang mereka sebut, tapi nama si Ratu (atau si Raja).
Bicara soal loyalitas, para pemegang kekuasaan harus banyak mengoleksi film-film mafia, gangster, dan triad. Lucu jika melihat para penjilat yang seharusnya ditembak mati malah mendapatkan tempat yang layak, dan secara tiba-tiba berkelindan dengan majikan barunya sangat akrab. Sedangkan mereka yang begitu loyal dengan yang namanya 'atasan' bukan 'tuan', ditendang begitu saja meski kinerja mereka selama ini cukup baik.
Acapkali yang menjadi korban, pegawai-pegawai negeri sipil yang selama ini tanpa sadar tersesat dalam labirin kekuasaan. Sebagian ada yang hampir atau sudah menemukan pintu bertuliskan "Eureka!". Pun ada yang malah kembali ke asal mula jejak langkah. Namun, satu hal yang selalu menjadi pelajaran dari setiap pengembara karir, bahwa ada yang lebih kuasa di atas segala yang paling berkuasa di muka bumi ini. Dan kita seringkali dibisiki satu kalimat, "Tuhan tak tidur, dan selalu memberi jalan."
Bicara soal rolling kabinet memang bikin boring. Makanya saya tak panjang bicara soal itu (kurang paham juga). Tapi, disaat-saat bosan, Stones akan selalu menghibur kita sekalian para pencinta kegilaan yang selalu merdeka.
Mari terus menggelinding!
When I'm watchin' my TV
and a man comes on to tell me
how white my shirts can be.
Well he can't be a man 'cause he doesn't smoke the same cigarrettes as me.
I can't get no, oh no no no.
Hey hey hey, that's what I say.
No comments :
Post a Comment