Setiap tahun, jalan-jalan melebar. Ada rumah-rumah yang tak lagi berpekarangan. Pohon-pohon tumbang diangkut otot-otot suruhan. Kerikil-kerikil sisa meruncing diinjaki bocah-bocah.
Setiap tahun, ada gedung-gedung baru yang akhirnya menjadi hantu. Menakuti kota dengan tumpukan cerita. Dari menara yang tak pernah usai, balok-balok gedung yang telanjang, dan gundukan pasir di setiap sudut pagar.
Setiap tahun, ada janji-janji yang terlantar. Sampai berganti-ganti mulut, pun berganti tahta yang ditandu menuju rumah. Cerca hanya dibiarkan berlalu. Sebab mereka hanya satu. Sedangkan penjilat ada seribu.
Setiap tahun, berita-berita dikabarkan percuma. Ada yang sudah terbiasa menyusuri 'jalan pena' yang keliru. Semua menjadi sia-sia sebab jawaban yang sama akan selalu satu: selama saku masih menghadap ke atas, maka ia selalu minta diisi.
Setiap tahun, akan selalu begitu. Selalu...
Setiap tahun, ada gedung-gedung baru yang akhirnya menjadi hantu. Menakuti kota dengan tumpukan cerita. Dari menara yang tak pernah usai, balok-balok gedung yang telanjang, dan gundukan pasir di setiap sudut pagar.
Setiap tahun, ada janji-janji yang terlantar. Sampai berganti-ganti mulut, pun berganti tahta yang ditandu menuju rumah. Cerca hanya dibiarkan berlalu. Sebab mereka hanya satu. Sedangkan penjilat ada seribu.
Setiap tahun, berita-berita dikabarkan percuma. Ada yang sudah terbiasa menyusuri 'jalan pena' yang keliru. Semua menjadi sia-sia sebab jawaban yang sama akan selalu satu: selama saku masih menghadap ke atas, maka ia selalu minta diisi.
Setiap tahun, akan selalu begitu. Selalu...
No comments :
Post a Comment