Kami tumbuh besar dengan lelucon dan kebiadaban di simpang tiga Desa Passi. Tak ada batas usia di sini. Tapi ketika bercanda, kami tahu batas-batas dan cara bergayung sambut candaan. Bukan apa-apa: karena kami pernah melewati batas-batas itu semua, dan akhirnya belajar.
Saling ejek wajib. Bertengkar sudah biasa. Saling tonjok, pastinya akan berakhir dengan erat jabat-tangan. Itu semua menganugerahi kami tiga makna; tenang, kenyang, dan senang. Iya, jangan lupakan tiga makna itu. Yang menjadi filosofi /3-AN.
TENANG: Pegang batok kepalamu lalu katakan tenang. Iya, pikiran tenang akan membawa kita pada hal-hal positif. Bahkan ketika tengkar hadir, cobalah berpikir tenang. Karena ketika pertengkaran usai, dan ketika pikiran kita mulai tenang, hanya penyesalan yang hadir.
KENYANG: Pegang perutmu lalu katakan kenyang. Iya, asal kita kenyang, pikiran pasti tenang. Saling berkaitan. Di Desa Passi ini, bahkan sisa makanan yang dibuang dan berisi biji-biji cabai pasti akan tumbuh. Umbi-umbian, pisang, sagu, bebas menjalar dan meninggi di kebun-kebun belakang. Kita juga kerap berbagi. Bahkan di lindap subuh, kita pernah saling mengantar lauk atau nasi.
SENANG: Pegang anumu lalu katakan senang. Iya, senang. Dalam arti: silakan bersenang-senang dengan anumu. Itu urusanmu. Itu ruang privasimu. Tak ada urusannya dengan moral, agama, atau aturan apa pun. Silakan. Itu kesenanganmu.
Ketiga itu saling berkaitan. Saling menjahit satu sama lain. Dan semua itu telah kami lewati selama bertahun-tahun. Jadi, hanya orang bodoh yang terus memendam dendam.
No comments :
Post a Comment