Seribu dengusmu menjadi hantu. Seperti apakah malam nanti tanpa deru itu. Terbelah oleh samudra tanpa pintu. Tiada lagi terdengar gerutu sekutu.
Kau menunggu di muara sungai yang pernah penuh darah. Sementara aku menyemai rumput-rumput hitam di timur benua. Sejak itu, luka bagiku telah menjelma rupa. Tak kukenali lagi meski hamun berkali-kali terpa.
Aku kerap cemas kelak tawamu bersulih seringai. Jika kau tahu, aku dianggap bangkai ringkai. Di sini, orang-orang suka menakar dari tingkai. Mereka gemar mencerca siapa saja sampai terberai.
Cinta ini telah dilumuri bara dosa. Mungkin beginilah kasih dalam wujud paling bedebah. Diam, menunggu, dan akas sirna serupa dupa. Tersisa wanginya yang menyeret setan paling purba.
No comments :
Post a Comment