Jemala ini kusandarkan di dadamu. Berkali-kali pusaran ingatan mengibas rambutmu. Aku memeluk kekal. Dosa-dosa menguap ditatap poster-poster berjanggut tebal.
Lekukan alis lebat menaungi mata indahmu. Tempat segala duniaku tenggelam semu. Kita hendak menatang nasib. Sementara di seberang ada janji-janji raib.
Katamu, ini bukan tentang masa lalu. Namun seteguk lendir yang kausesap tuk mengusir malu. Sesekali kubiarkan kakimu menari-nari di udara. Bertukar tangkap seperti lengan sepasang saudara.
Bagaimana jika aku mati? Kau bertanya. Aku menumbuk pelan pipimu sembari menunjuk kursi purba. Di sanalah aku akan meletakkan jasadmu. Bahkan meski harus kugali di hadapan ibumu.
Ke mana kita pergi setelah bulan itu tiba? Apakah rimba tetap lebat oleh luka? Mari segera pergi dari sini. Melewati simpang tiga ketika aku menatapmu pertama kali.
Thursday, May 27, 2021
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment