Takjub, kala Durga menangis di altar kuil
Tertunduk, diberati airmata
Sembari membalun segelung kain bertuliskan ayat-ayat durja
Tentang dunia yang bengis mengiris nadi bocah-bocah
Para petapa pun tahu kalau tinta itu, airmata pena
Menangisi Durga dengan goresan sajak luka
Masih saja tentang dunia
Dunia yang muskil dan mustahil
Dari dalam kuil sontak lonceng berdentang
Angin menderu dan aroma mawar menjadi bacin
Sekali lagi Durga tertunduk
Meratapi kebisingan dari reruntuhan kuil
Baru pada ujung anak tangga menurun
Ia tersenyum tanpa sebab
Lantas ia tertawa dengan wajah seram
Berbaur watak-watak manusia di rautnya
Durga meratapi dunianya, dunia kita
Yang ia sendiri lupa ketika melebur dalam materi
Mengecup kening manusia-manusia yang telah kering
Kemudian mereka bangkit mengurapi betis Durga
Tuhan, Dewa, dan siapa saja yang Maha
Aku ingin menjadi manusia saja
Teriak Durga
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tertunduk, diberati airmata
Sembari membalun segelung kain bertuliskan ayat-ayat durja
Tentang dunia yang bengis mengiris nadi bocah-bocah
Para petapa pun tahu kalau tinta itu, airmata pena
Menangisi Durga dengan goresan sajak luka
Masih saja tentang dunia
Dunia yang muskil dan mustahil
Dari dalam kuil sontak lonceng berdentang
Angin menderu dan aroma mawar menjadi bacin
Sekali lagi Durga tertunduk
Meratapi kebisingan dari reruntuhan kuil
Baru pada ujung anak tangga menurun
Ia tersenyum tanpa sebab
Lantas ia tertawa dengan wajah seram
Berbaur watak-watak manusia di rautnya
Durga meratapi dunianya, dunia kita
Yang ia sendiri lupa ketika melebur dalam materi
Mengecup kening manusia-manusia yang telah kering
Kemudian mereka bangkit mengurapi betis Durga
Tuhan, Dewa, dan siapa saja yang Maha
Aku ingin menjadi manusia saja
Teriak Durga
Powered by Telkomsel BlackBerry®
No comments :
Post a Comment