di pinggiran Kota Gorontalo
di antara himpitan gemuruh adzan
kita berpelukan tanpa lengan
hanya saling merasa tanpa raba
dari kejauhan
pagi kita selalu penuh duka
sebab pisah jadi jumpa yang bisu
benamkan cerita di akar-akar pohon
di tumpukan kerikil dan gigil
dan siang berubah jadi sandaran
berkisah tentang nyamuk dan tikus
juga pejam yang melekaskan mimpi
lalu kita saling berbisik, bangun, bangun
kemudian sore tiba bersama hujan
turun dengan garis-garis bening
hantarkan sekeranjang cerita
bahwa hari akan berulang terik, atau hujan
lalu malam pun lekas mengulum
bibirnya bergincu ampas kopi
kemudian satu per satu orang datang
pergi lagi diusir pagi
kita kembali saling mengingat
di pinggiran Kota Gorontalo
kita masih berpelukan
tanpa lengan
tanpa raba
pun hilang rasa
tersisa hanya....
cinta
Monday, November 30, 2015
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment