www.dnaindia.com |
Lariiiiii! Teriak Bagheera (Ben Kingsley) seekor macan kumbang kepada Mowgli, yang diperankan aktor cilik berbakat Neel Sethi yang baru berusia 10 tahun, saat harimau Shere Khan (Idris Elba) menyerangnya.
Adegan di atas ada dalam film besutan Walt Disney Studios, The Jungle Book, yang diadaptasi dari novel best seller dengan judul yang sama. Film Box Office yang juga bertepatan dirilis dengan momen Hari Bumi, di April lalu.
Dalam film, dikisahkan Shere Khan sangat membenci manusia, sebab seseorang berhasil melukai wajahnya dengan kobaran api yang berasal dari obor. Dendam yang terus bertahan kendati Shere Khan berhasil membunuh manusia itu yang ternyata adalah ayah dari Mowgli. Saat itulah, Mowgli balita ditinggal mati ayahnya di sebuah gua di tengah kepungan belantara. Bagheera menemukan Mowgli lalu membawanya kepada sekumpulan serigala untuk diasuh.
Kelompok serigala itu dipimpin Akela (Giancarlo Esposito). Mowgli akhirnya tumbuh hingga berusia 10 tahun dan diasuh oleh serigala betina, Rakhsa (Lupita Nyong’O), yang dikenalnya sebagai sosok ibu.
Shere Khan sebagai penguasa hutan yang kejam, berhasil mengintimidasi seluruh kawanan hewan termasuk Akela dan kelompoknya. Mereka para serigala terlibat debat sengit menyoal; merelakan Mowgli kembali berbaur dengan manusia atau mempertahankannya. Akhirnya Mowgli sendiri memutuskan untuk pergi. Sebab keselamatan kelompok serigala lebih berarti baginya.
Namun sesudah Mowgli ditemani Bagheera pergi meninggalkan hutan, di tengan perjalanan mereka dicegat Shere Khan. Kemudian adegan yang mengawali tulisan ini, yang kemudian membuat Mowgli terpisah dengan Basgheera yang terlibat pertarungan dengan Shere Khan.
Saat dalam pelarian, Mowgli bertemu seekor ular raksasa, Kaa (Scarlett Johannsson), yang sempat membawanya lewat ilusi ke masa di mana ketika Shere Khan membunuh ayahnya. Namun Kaa ketika itu perlahan melilit Mowgli dan ternyata ingin memangsanya. Lalu datang Baloo (Bill Murray), seekor beruang hitam yang berhasil menyelamatkannya.
Kemudian cerita semakin mengerucut pada kobaran api yang membakar hutan, yang disebabkan sebuah obor api yang dibawa Mowgli. Ia kembali ke hutan tempat para serigala bermukim dengan tujuan menantang Shere Khan. Ia marah setelah tahu Shere Khan telah membunuh Akela. Namun sepanjang jalan, tanpa disadari obor yang dibawanya itu meninggalkan jejak bara yang akhirnya membuat terjadinya kebakaran hutan.
Film tersebut berhasil meraih simpati dari penonton dunia dan para kritikus film. Sarat pesan moral tentang bagaimana bahayanya api yang dalam film disebut 'bunga merah'. Dampak kebakaran hutan yang besar meski berasal dari sumber api yang kecil.
Selain hutan, dalam film turut digambarkan bagaimana penghormatan Mowgli kepada sekawanan gajah. Ia akan bersujud ketika sekawanan gajah itu melewatinya. Di negara kita khususnya pulau Sumatera, sedang gencar pula terjadi perburuan gajah, dengan alasan hewan tersebut kerap merusak lahan pertanian warga. Banyak ditemui bangkai gajah yang dibiarkan mati setelah dibunuh.
Mengenai kerusakan hutan, tahun lalu, Indonesia sendiri pernah dikepung asap karena kebakaran hutan hebat, yang melanda Sumatera dan Kalimantan. Pembukaan lahan hutan oleh beberapa perusahaan dengan cara membakar, berdampak buruk pada masyarakat. Kepungan asap merengut nyawa khususnya bayi-bayi setelah mengidap penyakit pernapasan. Sedangkan penderita yang tersisa dan selamat, harus pula dirawat dengan biaya yang tak sedikit.
Kendati hingga hari ini, kita sadari berita tentang perusahaan-perusahaan pembakar hutan akhirnya menghilang dari media. Bergulir seiring isu-isu panas lainnya yang terus terjadi di negeri ini. Sekali lagi, masyarakat yang dirugikan dan terserang penyakit pernapasan harus menerima untuk dijatuhi tangga lagi. Sebab proses hukum kepada perusahaan-perusahaan pelaku pembakaran hutan yang kebanyakan - diawali niat - untuk melakukan ekspansi sawit secara besar-besaran itu, penanganannya terkesan lamban. Bahkan sebelumnya daftar nama-nama perusahaan enggan dipulikasikan pemerintah.
PT Bumi Mekar Hijau (BMH) yang pernah digugat pemerintah sebagai perusahaan pembakar hutan, akhirnya diputuskan bahwa gugatan pemerintah ditolak majelis hakim Pengadilan Negeri Palembang. Berdasarkan fakta di lapangan, ulah PT BMH jelas banyak merugikan masyarakat sekitar dan negara. Namun lolosnya jeratan hukum kepada perusahaan, disinyalir karena kelemahan pemerintah. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang menjadi penggugat, sedikit menyodorkan bukti-bukti akurat di lapangan. Untuk itu majelis hakim menilai gugatan pemerintah tidak terbukti.
Di wilayah Sulawesi Utara, khususnya Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), ekspansi sawit sedang gencar-gencarnya. Se-Bolmong, satu per satu perusahaan mulai melobi kepala-kepala daerah. Sistem "tali asyik" atau kontrak menjadi cara perusahaan menggaet warga. Meski dari kontrak tersebut warga atau pemilik lahan hanya mendapat 20-30 persen, dan pihak perusahaan 70-80 persen. Sedangkan pemerintah, dengan mulusnya mengeluarkan izin atas perusahaan-perusahaan tersebut.
Masyarakat Bolmong nantinya tinggal menunggu akibat, dari sebab yang akan disepakati pemerintah yang jelas berdampak buruk, setelah masuknya perusahaan-perusahaan sawit di tanah yang dijuluki Totabuan. Sama halnya seperti yang mereka sepakati dengan perusahaan-perusahaan pertambangan sebelumnya. Pada akhirnya, anak-cucu yang akan merasakan akibatnya kelak.
Untuk kerusakan hutan karena faktor lainnya seperti penebangan liar, telah merambah taman nasional dan cagar alam. Terlepas dari ulah pemodal, warga pun harusnya mulai menyadari bahwa penebangan hutan itu sangat berdampak buruk. Sangat disayangkan sebab di Bolmong sendiri, ada Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, yang termasuk salah satu wilayah hutan tropis yang menopang bumi sebagai paru-paru dunia.
Luas hutan di Bolmong sesuai data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bolmong, yakni: untuk Hutan Lindung 5.550,66 Ha, Hutan Lindung Bakau 5.550,66 Ha, Cagar Alam 12.396,64 Ha, Taman Nasional 133.193,96 Ha, Hutan Produksi Tetap 19.865,45 Ha, Hutan Produksi Terbatas 27.091,28 Ha, dan Areal Penggunaan Lain 116.229,09 Ha. Dengan total luas keseluruhan 294.514,89 Ha. Sedangkan Hutan Kritis 42.959 Ha yang seiring tahun terus meluas.
Kembali ke Mowgli, yang adalah satu-satunya tokoh manusia dalam film The Jungle Book itu, sebab tokoh lainnya adalah binatang-binatang hasil rekaan spesial efek komputer (Computer Generated Imagery). Bocah itu seperti ingin mengingatkan kita, bahwa kelak anak-cuculah yang akan merasakan akibat, dari ulah para perusak hutan dan ekspansi perusahaan-perusahaan tambang dan sawit. Izin-izin pemerintah kelak, akan seperti percikan api yang nantinya mengancam hutan dan kehidupan generasi kita.
Maka lebih menakutkan mana, pemerintah atau api?
No comments :
Post a Comment