20 Mei 2014
Saung Layung Arus Balik lahir dari rahim semesta. Sebuah rumah belajar yang berawal dari kelakar, Saung akhirnya mengakar. Kami seperti direkatkan pada sebuah sumpah. Setiap kali mengeja Saung Layung Arus Balik, ada sebuah dosa yang harus ditebus. Dosa yang kerap membikin kami menunduk ketika ada yang bertanya, "Di mana semangat kalian yang dulu itu?"
Dengan sisa-sisa semangat, kami coba menepis segala sangka dalam tanya-tanya itu. Kami yakin, Saung masih ada di lubuk. Ia terus terpupuk oleh bubuk-bubuk kopi yang menyiraminya, tatkala di kedai kisah-kisah itu mengulang. Bahkan, bagi kami, ruh Saung terlampau menjadi penyemangat pada setiap gerak. Iya, gerak yang seluruh dari kami yang masih hidup, muda, dan penuh mimpi ini.
Hari... Dan bulan terus menggelinding. Bulan yang terus menagih janji. Seiring perjalanan, kami mencoba menyegarkan kembali ide-ide yang telah lama beku. Percakapan pun terulang dengan mereka yang, hatinya bakal luruh mendengar kisah Saung. Namun, Saung masih tetap memilih menjadi dosa.
20 Mei 2015
Setahun, Saung masih menjadi mimpi yang mengeras dalam kepala. Ia bahkan pernah terlupakan. Saung begitu sunyi tanpa suara. Masih menjadi sebait: nyanyi bisu. Ia begitu sendiri di tengah pematang sawah yang mengering. Beruntung matahari enggan membakarnya. Saung, tetap mencoba bertahan. Sebab mati sebagai dosa, adalah kematian yang terlalu biadab.
Di langit sore itu, senja masih seperti warna-warna kemarin. Me-Layung. Mungkin itu pertanda, Saung yang sudah terlahir, akan mau disenjai hari. Tapi itu hanya sebatas prasangka, sampai akhirnya Saung tiba-tiba menjadi Arus Balik pada suatu malam. Ia kembali. Ada sebuah arus semangat di bawah kaki gunung yang, ingin segera menebus dosa. Dosa bagi kemanusiaan.
Penghujung tahun, semangat itu terus bersinar. Saung Layung Arus Balik tinggal menunggu hari. Apalagi, kami yang terpencar telah kembali. Kami tak lagi disibukkan oleh pekerjaan-pekerjaan yang, mengebat leher dan mencocok hidung.
20 Mei 2016
Semangat Saung, Layung, dan Arus Balik akhirnya menyatu. Itu melahirkan kekuatan yang gembira. Saung Layung Arus Balik mulai tumbuh menjadi anak-anak yang lucu. Kini, satu per satu mereka yang tergerak hatinya, urun rembuk mengasuh anak-anak. Setiap pekannya, kerap ada wajah-wajah baru yang hadir mengikuti kelas. Anak-anak belajar dan bermain dengan riang.
Wajah dosa itu, seketika menjadi urai airmata. Sebagaimana sebuah takdir, Saung Layung Arus Balik telah menandai kami. Kami tidak pernah memilihnya, tapi ia yang sebenarnya memilih kami.
Ah, Happy Beerday, Saung Layung Arus Balik. Jangan pernah dewasa. Tetaplah menjadi bocah yang penuh dengan keajaiban-keajaiban. Tak ada hadiah yang lebih berkesan, ketika dosa itu ditebus oleh tawa anak-anak.
No comments :
Post a Comment