Sunday, February 3, 2019

Mari Torang Jaga Kebersihan Manado

No comments

Pixabay.com

Kumpul tu sampah, angka tu sampah, ondewei tampa sampah, kong buang di dalam...

Lagu Angka Tu Sampah (selanjutnya ditulis: ATS) sempat viral tahun lalu di Instagram. Ada Nyong Youtubers asal Manado, Renaldi Gilbert, yang kase top. Renaldi juga membuat versi video di kanal Youtube, lengkap dengan peragaan seiring lirik. Karena lagunya ala DJ Disko Tanah deng mirip lagu Anjing Kacili (yang ini paling viral), lagu ATS cepat akrab di telinga.

Warganet membuat video peragaan deng versi masing-masing. Saat di lirik kumpul tu sampah, mereka mengumpulkan sampah; masuk di lirik angka tu sampah, mereka memungutinya; di lirik ondewei tampa sampah, mereka menuju tempat atau tong sampah; lalu saat di lirik kong buang di dalam, mereka membuangnya ke tong.

Mar, karena memang Manado ini terkenal paling garap-garap (mengada-ada), di lirik terakhir kong buang di dalam, ada juga yang diperagakan dengan membuang sampah ke dalam celana. Akhirnya arti lagu ATS bergeser makna. Sampe judul lagu ATS saja berubah menjadi Buang di Dalam. Manado memang kota yang paling cepat kase keluar istilah.

Padahal, sebenarnya lagu ATS ini bagus sekali mo pake untuk mengampanyekan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Apalagi abege milenial so mulai terkonstruksi pola pikirnya dengan lagu ATS. Mar sayang, lagu itu akhirnya hanya menjadi bagian dari viral sesaat. Kemudian lagu Body Babadontot menindihnya sampe hilang di peredaran semesta viral.

Urusan sampah khususnya berbahan plastik di Manado memang nyandak gampang. Sapa yang nyandak kenal Taman Nasional Bunaken di Manado? Sekarang, Bunaken nyandak masuk 10 destinasi wisata unggulan di Indonesia karena kotor. Pasti samua orang nyandak mau saat menyelam ingin melihat keindahan taman laut, terumbu karang, deng ikan-ikan, kong tiba-tiba baku dapa deng pembalut, botol plastik, sampe popok.

Biar le Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara sering buat kegiatan bersih-bersih di Bunaken, tapi kalau tidak diiringi kampanye diet plastik, membuat aturan agar tidak membuang sampah di sungai dan laut, maka Manado tetap kotor. Sewaktu Hari Ulang Tahun ke-54 Provinsi Sulawesi Utara tahun 2018 lalu, saat lomba bersih-bersih di Bunaken, tuangala sampah yang takumpul sampe 1, 27 ton.

Jika kapan-kapan ngoni jalan-jalan ke Manado, coba batengo ka sungai atau tepi laut, tu sampah plastik sama deng da piara. Sebenarnya bukan hanya sektor pariwisata yang dirugikan, tapi warga kota juga. Banjir yang sering menerjang Kota Manado, tentu saja salah satu faktor penyebabnya karena tumpukan sampah di sungai-sungai atau di selokan.

Torang pasti nimau banjir terus menerjang Kota Manado. Seperti yang terparah 2014 lalu sampe belasan korban meninggal deng ribuan rumah rusak parah. Baru-baru ini banjir juga kembali membuat Kota Manado tergenang. Pesawat sampe bale, nyandak bisa mendarat karena landasan di Bandara Sam Ratulangi pol deng aer.

Dari data Badan SAR Nasional Kota Manado, sebanyak 2.523 orang terdampak banjir dan longsor, terhitung sejak Jumat, 1 Februari 2019. Kabar terakhir tiga korban meninggal, dua karena tertimbun longsor dan satunya lagi karena terseret arus. Turut berduka kepada keluarga yang ditinggalkan.

Manado bagi kita bukan hanya sebuah kota hiruk, yang keramaiannya dibangun di atas laut yang teruruk. Tapi kota ini banyak mengajarkan kita seperti apa arti pertemanan, solidaritas, deng kerja sama. Karena itu, mari torang jaga sama-sama kebersihan Kota Manado, dimulai dari hal yang paling sederhana: buang ngana pe sampah pa de pe tampa, (buanglah sampahmu pada tempatnya).

Lebe bagus le tambah deng diet plastik. Sampah plastik ini memang bekeng saki kapala. Ngana yang masih baingus kong makang permen saja, kong buang sembarangan pembungkusnya, kalau diandaikan dari ngana so mulai basar kong batunangan sampe kaweng, beranak-pinak, jadi opa-opa deng oma-oma, meninggal, dikubur, jadi tulang belulang, itu sampah plastik dari bungkus permen yang ngana buang tetap utuh, sementara ngana so jadi fosil.

Ada begitu banyak tips untuk berdiet plastik, kalau torang pindai di internet. Kebetulan sekarang di Manado ada banyak turis asal Tiongkok kang? Maka kita meminjam perkataan filsuf dari Tiongkok, Lao Tzu, “Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah.”

Mulai jo dari skarang!

No comments :

Post a Comment