Bumi dan langit. Senggama langka ketika itu. Aku di sorga telanjang layaknya Adam. Tak sendiri layaknya Adam. Oktober entah tahun berapa, aku hanya ingat bulan dan waktunya. Persis, kami melebur bersama. Sengaja dalam kemabukan. Derit ranjang dan lenguhan menyayat musik yang disetel keras. Agar tersamarkan. Oh, senggama langka itu begitu---Maha.
Bumi dan langit. Dia tercerabut dari tahta yang ia sendiri enggan. Ia bukan manusia biasa. Tuhan menciptakannya dengan kesederhanaan. Kesederhanaan yang tak biasa. Aku mencintainya jauh sebelum kami terkulai di rerumputan sorga. Jauh di rimba menahun, kami akrab dengan ketidakpastian. Tak pernah ia melincak-lincak angkuh sembari menunjuk-nunjuk suruh. Ia terus membungkuk di kaki singgasana meski seharusnya menjadi singa buas dengan keliarannya. Raja yang dirajai ketulusan. Hingga sengaja lupa kalau ia adalah penakluk. Sekali lagi, aku mencintainya.
Bumi dan langit. Aku merasa tak pernah dibutuhkan, tapi dibalik itu semua, aku tempatnya berbagi irisan roti. Aku ada untuk dia. Entah kenapa dunia tak perlu kujejali jika kami bercerita banyak tentang tadi. Tentang langit yang masih cembung, dan tentang burung-burung yang berselancar di angin buta. Kami sudah terlalu lama dengan kebiasaan yang tak lama lagi akan binasa. Kita menua dan terpisah.
Bumi dan langit. Dia cukup tahu kapan berjarak denganku. Meski lambat dan ditekan udara. Tak akan lama. Lazim jika ruang yang lapang ini sedikit diseragamkan dengan sepasang Adam dan Hawa. Dua manusia pertama yang membikin aku ikhlas untuk tak luka---meski seharusnya tidak.
Bumi dan langit. Binal dan nakal. Kemudian kekal. Aku ingin kekal dengannya, tidak dengan siapa-siapa. Tahta runtuh pun rata tanah, aku tahu ia selamat dengan kesederhanaanya. Nasib selalu adil pikirku. Membagi sama rata dengan porsi yang sepadan. Itu untuknya, belum denganku.
Bumi dan langit. Akankah kau tidur dengan nyenyak seperti kemarin. Tidur yang dibelai. Tidur yang diintai. Tidur yang dibaui. Ah, sekali lagi aku mencintaimu dengan seluruh. Biarkan aku mengatakan itu. Lalu simpan segalanya untuk nantinya kau buang. Karena sebenarnya tempat penyimpanan adalah tong sampah yang siap ditumpuk membusuk.
Bumi dan langit. Aku ingin bersenggama lagi---dengannya. Tapi kata 'langka' membikin segalanya tak
mungkin. Selamat tidur. Untuk kesederhanaanmu yang menyepuh segalanya menjadi begitu istimewa. Dan untuk lelapmu yang selalu kubaui.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Bumi dan langit. Dia tercerabut dari tahta yang ia sendiri enggan. Ia bukan manusia biasa. Tuhan menciptakannya dengan kesederhanaan. Kesederhanaan yang tak biasa. Aku mencintainya jauh sebelum kami terkulai di rerumputan sorga. Jauh di rimba menahun, kami akrab dengan ketidakpastian. Tak pernah ia melincak-lincak angkuh sembari menunjuk-nunjuk suruh. Ia terus membungkuk di kaki singgasana meski seharusnya menjadi singa buas dengan keliarannya. Raja yang dirajai ketulusan. Hingga sengaja lupa kalau ia adalah penakluk. Sekali lagi, aku mencintainya.
Bumi dan langit. Aku merasa tak pernah dibutuhkan, tapi dibalik itu semua, aku tempatnya berbagi irisan roti. Aku ada untuk dia. Entah kenapa dunia tak perlu kujejali jika kami bercerita banyak tentang tadi. Tentang langit yang masih cembung, dan tentang burung-burung yang berselancar di angin buta. Kami sudah terlalu lama dengan kebiasaan yang tak lama lagi akan binasa. Kita menua dan terpisah.
Bumi dan langit. Dia cukup tahu kapan berjarak denganku. Meski lambat dan ditekan udara. Tak akan lama. Lazim jika ruang yang lapang ini sedikit diseragamkan dengan sepasang Adam dan Hawa. Dua manusia pertama yang membikin aku ikhlas untuk tak luka---meski seharusnya tidak.
Bumi dan langit. Binal dan nakal. Kemudian kekal. Aku ingin kekal dengannya, tidak dengan siapa-siapa. Tahta runtuh pun rata tanah, aku tahu ia selamat dengan kesederhanaanya. Nasib selalu adil pikirku. Membagi sama rata dengan porsi yang sepadan. Itu untuknya, belum denganku.
Bumi dan langit. Akankah kau tidur dengan nyenyak seperti kemarin. Tidur yang dibelai. Tidur yang diintai. Tidur yang dibaui. Ah, sekali lagi aku mencintaimu dengan seluruh. Biarkan aku mengatakan itu. Lalu simpan segalanya untuk nantinya kau buang. Karena sebenarnya tempat penyimpanan adalah tong sampah yang siap ditumpuk membusuk.
Bumi dan langit. Aku ingin bersenggama lagi---dengannya. Tapi kata 'langka' membikin segalanya tak
mungkin. Selamat tidur. Untuk kesederhanaanmu yang menyepuh segalanya menjadi begitu istimewa. Dan untuk lelapmu yang selalu kubaui.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
No comments :
Post a Comment