Mengenai kejadian penganiayaan yang menimpa Ayu Basalamah. Meski saya berada jauh dari Negeri Totabuan tercinta, saya sering memantau lewat sosmed (sosial media) dan beberapa medon (media online) di Bolaang Mongodow perihal permasalahan apapun yang sedang melumeri tubuh patung gagah Bogani. Dan tak bisa dipungkiri lagi, bahwa akhir-akhir ini, Negeri Para Bogani (demikian julukan lainnya) ini sedang dilanda krisis moralitas dari para elit politik hingga ke masyarakat itu sendiri. Sangat disayangkan. Impianku, setidaknya anak-anak putih abu-abu di sana sudah menamatkan Madilog bukunya Tan Malaka. Jika ingin Negeri Para Bogani lebih me-raksasa nantinya. Bukan malah tambah kerdil.
Kembali ke kasus penjemputan serta pemukulan terhadap Ayu, itu salah satu contoh praktek ke-mafia-an telah merambah dan sedang menjalari sel-sel otak para oknum polisi dan pejabat yang terlibat dengan kasus ini. Yang lucunya, praktek ke-mafia-an kali ini 'merias' korbannya dengan maskara kebiru-biruan, yang seharusnya itu menjadi pekerjaannya si Ayu. Saya jadi geli membayangkannya. Beringas salah prosedur kayaknya (tertawa terpingkal-pingkal). Sungguh sangat memalukan, karena kejadian ini juga berpangkal masalah dari kurangnya polling SMS dukungan kepada salah satu kontestan Idola Cilik yang berasal dari wilayah tampuk kepemimpinannya 'Eyang'. Polling yang kurang, cacian yang bergema, lalu bogem mentah. Sebenarnya tanpa sosmed pun kita cukup tahu bahwa kabar berita akan begitu cepatnya menjalar dari mulut yang satu ke telinga orang lain. Dan karena chatting hujatan itu maka Ayu menjadi korban penganiayaan yang hingga hari ini masih saja belum ada tindak lanjut dan penjemputan kepada tersangka pelaku pemukulan.
Sebenarnya tanpa kita berpikir sampai berkerut dahi, bahwa anjing pun jika kita ajari lewat perintah suara bentakan atau dengan gestur, maka anjing dengan sendirinya akan menurut. Anjing yang sedemikan dekat dengan tuan-nya akan coba melindungi entah dengan insting kebinatangannya atau dengan suara perintah tuan-nya. Perlakuan yang untuk membela kehormatan tuan-nya ini, atau memang ada sebuah perintah menggema di sana. Tapi meski dengan sebuah perintah. Terkadang juga, anjing-anjing ini akan takut jika lawannya sepadan dengannya. Anjing selalu mencari lawan yang lebih lemah. Jadi ingat di film The Godfather. The Don lebih suka memelihara kucing ketimbang anjing. Entah kenapa.
Untuk demo hari ini yang digiatkan para simpatisan Ayu juga beberapa teman koleganya, semoga kulit-kulit kalian tidak terbakar sia-sia. Dan bahkan alam sepertinya mendukung kalian dengan menghadiahi butiran-butiran air penyejuk dari langit. Gemuruh Halilintar seperti membentak kepada penguasa bahwa ada kekuatan lain di sini. Dan kita tak lebih dari sekadar makhluk lemah, selemah lengan kemayu Ayu yang tak mampu menangkis pukulan-pukulan yang menghujamnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Kembali ke kasus penjemputan serta pemukulan terhadap Ayu, itu salah satu contoh praktek ke-mafia-an telah merambah dan sedang menjalari sel-sel otak para oknum polisi dan pejabat yang terlibat dengan kasus ini. Yang lucunya, praktek ke-mafia-an kali ini 'merias' korbannya dengan maskara kebiru-biruan, yang seharusnya itu menjadi pekerjaannya si Ayu. Saya jadi geli membayangkannya. Beringas salah prosedur kayaknya (tertawa terpingkal-pingkal). Sungguh sangat memalukan, karena kejadian ini juga berpangkal masalah dari kurangnya polling SMS dukungan kepada salah satu kontestan Idola Cilik yang berasal dari wilayah tampuk kepemimpinannya 'Eyang'. Polling yang kurang, cacian yang bergema, lalu bogem mentah. Sebenarnya tanpa sosmed pun kita cukup tahu bahwa kabar berita akan begitu cepatnya menjalar dari mulut yang satu ke telinga orang lain. Dan karena chatting hujatan itu maka Ayu menjadi korban penganiayaan yang hingga hari ini masih saja belum ada tindak lanjut dan penjemputan kepada tersangka pelaku pemukulan.
Sebenarnya tanpa kita berpikir sampai berkerut dahi, bahwa anjing pun jika kita ajari lewat perintah suara bentakan atau dengan gestur, maka anjing dengan sendirinya akan menurut. Anjing yang sedemikan dekat dengan tuan-nya akan coba melindungi entah dengan insting kebinatangannya atau dengan suara perintah tuan-nya. Perlakuan yang untuk membela kehormatan tuan-nya ini, atau memang ada sebuah perintah menggema di sana. Tapi meski dengan sebuah perintah. Terkadang juga, anjing-anjing ini akan takut jika lawannya sepadan dengannya. Anjing selalu mencari lawan yang lebih lemah. Jadi ingat di film The Godfather. The Don lebih suka memelihara kucing ketimbang anjing. Entah kenapa.
Untuk demo hari ini yang digiatkan para simpatisan Ayu juga beberapa teman koleganya, semoga kulit-kulit kalian tidak terbakar sia-sia. Dan bahkan alam sepertinya mendukung kalian dengan menghadiahi butiran-butiran air penyejuk dari langit. Gemuruh Halilintar seperti membentak kepada penguasa bahwa ada kekuatan lain di sini. Dan kita tak lebih dari sekadar makhluk lemah, selemah lengan kemayu Ayu yang tak mampu menangkis pukulan-pukulan yang menghujamnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
No comments :
Post a Comment